Pengabdian kepada masyarakat yang dikemas melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM), tentang “Sinergi masyarakat dalam mengelola Potensi Desa sebagai Desa Wisata Budaya di Pekraman Pemanis, Biaung, Penebel, Tabanan dilaksanakan oleh perguruan tinggi Universitas Triatma Mulya bekerjasama dengan STIPAR Triatma Jaya. Selama 2 hari dari tanggal 27 s/d 28 Juni 2019 kegiatan ini dilaksanakan di Balai Subak dalam bentuk sosialisasi dan pelatihan kepada Krama Subak Aya Pemanis dan Krama desa Adat Pekraman Pemanis sebagai peserta PKM. Program ini disambut hangat oleh Kepala Desa Biaung I Gede Putu Sutha Suyadnya, SH yang sekaligus membuka kegiatan tersebut didampingi oleh jero Bendesa Adat dan Pekaseh Subak. Disaksikan juga oleh penglingsir Desa yang diwakili jero Mangku Pura Batur Sri Murti beserta Prajuru Adat Pekraman Pemanis.
Selaku Ketua Pelaksana PKM oleh Ni Made Hartini, SE., MM kegiatan pengabdian masyarakat adalah salah satu bentuk Tri Dharma perguruan tinggi selain melaksanakan pendidikan dan penelitian. Tujuannya adalah dengan mengamalkan dan membudayakan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memajukan kesejahtaraan dan mencerdaskan kehidupan bangsa, dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat dengan memanfaatkan keahlian sivitas akademik yang relevan serta pemanfaatan teknologi yang tepat guna.
Masalah yang dihadapi masyarakat sebagai mitra perguruan tinggi adalah masyarakat yang mengarah ke ekonomi produktif, yaitu bagaimana mengarahkan potensi-potensi yang dimiliki oleh masyarakat baik sumber daya alam maupun mayarakatnya sendiri. Potensi yang dimiliki desa pekraman Pemanis sangat mendukung untuk dikembangkan menjadi Desa wisata berbasis budaya karena desa ini menyimpan banyak peninggalan budaya leluhur yaitu subak dan situs kuno berupa bangunan suci (pelinggih) sebagai tempat pemujaan yang memiliki nilai sejarah yang mencerminkan jaman megalitikum, diduga peradaban budaya leluhur sudah ada sejak abad ke 8 sebelum masehi. Beberapa peninggalan leluhur yang terwujud dalam bangunan pura, candi, menhir dan punden berundak. Salah satu pura, yaitu Pura Batur Sari Murti sudah tercatat dalam cagar budaya Nasional yang dilindungi oleh Negara. Kegiatan pertanian yang menerapkan system Subak memiliki daya tarik tersendiri pada alamnya yang masih agraris ditambah dengan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh masyarakatnya pada sektor pertanian menggambarkan suatu keadaan yang mampu menjadi daya tarik wisata budaya. Selama empat tahun berjalan, banyak wisatawan baik domestic maupun asing yang datang berkunjung untuk melihat dan ingin mengetahui keberadaan situs-situs budaya Bali kuno tersebut. Potensi inilah yang menarik untuk dikaji, dikelola dan dikembangkan menjadi daya tarik wisata sebagai Desa Wisata Budaya.
Seiring dengan program yang dicanangkan oleh pemerintah dan menyambut hadirnya Perda No 4 tahun 2019 tentang Desa Adat, pengelolaan dan pengembangan desa berbasis pariwisata dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat menjadi masyarakat yang mandiri secara ekonomi, berkepribadian dengan budaya leluhur yang diwariskan secara turun temurun. Pengelolaan dan pengembanagn ini sekaligus mengisyaratkan pada masyarakat untuk merawat dan melestarikan budaya leluhur sehingga akan memberikan kesejahtaraan. Sesuai dengan motto kementrian pariwisata “semakin dilestarikan semakin mensejahterakan”. Indonesia yang terdiri dari beribu pulau, khususnya pulau Bali yang kecil namun namanya telah mendunia, karena Bali menyimpan segudang daya tarik wisata yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat asalakan masyarakat konsisten dalam pengelolaannya.
Dalam kegiatan PKM, hadir sebagai narasumber yaitu Dr. I Made Bayu Wisnawa, A.Par, MM., M.Par dari STIPAR Triatma Jaya memberikan materi Kepariwisataan dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dilanjutkan Dr. Ni Luh Komang Candradewi , SE., MM dari Universitas Triatma Mulya memaparkan materi Hospitality dan service excellent, pelatihan Bahasa inggris disampaikan oleh Dra. Ni Luh Putu Sri Widhiastuty, M.Hum dan Ni Nyoman Sri Rahayu Trisna Dewi, SE., M.Si pada pelatihan akuntansi dan pengelolaan keuangan.
Sambutan yang disampaikan oleh Kepala Desa Biaung bahwa hadirnya program PKM ini sangat mendukung program pemerintah kabupaten Tabanan, dimana Desa Biaung telah ditetapkan sebagai Desa Wisata Spiritual, namun pengelolaanya belum maksimal. Diharapkan pengelolaan Desa Wisata Budaya di Desa Adat Pekraman pemanis sebagai pilot Projek yang nantinya akan berkembang keseluruh wilayah administratif desa Biaung, Penebel, Tabanan Bali.
Respon masyarakat sebagai peserta PKM sangat positif, terlihat peserta sangat antusias mengikuti sosialisasi dan pelatihan yang diberikan selama kegiatan berlangsung. Pada kegiatan PKM yang berlansung selama 2 hari menghasilkan terbentuknya kelompok sadar wisata (Pokdarwis) dan telah menunjuk sebagai ketua kepada I Nyoman Agus Dipa, sekretaris Putu Sukma Adi, Bendahara I dan bendahara II kepada I Nyoman Kantiwiyasa dan I Wayan Juliarta. Seluruh pengurus merupakan anak-anak muda kreatif yang dipercaya untuk dapat memajukan Desa demi kesejahteraan bersama. Kepengurusan ini akan segera di SK kan oleh Kepala Desa Biaung sesuai dengan tata peraturan Pemerintah tentang pembentukan organisasi. Terselenggaranya Program Kemitraan Masyarakat (PKM) adalah hasil lolos seleksi dari program Hibah Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi tahun pelaksanaan 2019.